Sabtu, 28 April 2012
MUTIARA ORGANISASI
( Dalam buku perjalanan menuju kesuksesan )
Pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan suatu pekerjaan
(Ungkapan mulia)
GR. Terry …"Merumuskan bahwa kepemimpinana itu adalah Aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan supaya mencapai tujuan organisasi".
Model kepemimpinan menurut George Terry didasarkan pada keyakinan bahwa kepemimpinan muncul dari adanya suatu hubungan yang komplek terdiri dari :
1. Pemimpin
2. Pengikut
3. Struktur Organisasi
4. Nilai social dan perkembangan politik.
Inti Kepemimpinan menurut F.W,Taylor yaitu menggerakkan bawahannya untuk bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan yang di inginkan oleh semua pihak dan pemimpin yang harus menyadari sepenuhnya bahwa yang dihadapi adalah manusia-manusia dengan tingkah laku nya yang baik dan kurang baik.
Perjalanan dari sukses menuju kebermaknaan ( Jhon C.Maxwell )
Kalau anda meraih puncak sendirian,anda bukan mendaki gunung yang tinggi.
( Jhon C.Maxwell )
Ada sesuatu yang leh berkuasa dari siapapun yaitu semua orang.
(Eddy Kickenbacker)
Bertanggungjawab lah atas perkembangan sendiri. ( ED.Cole )
Untuk bertumbuh itu ada harganya ( ED.Cole )
Seberapa jauh pun anda sudah terlanjur dijalan keliru ( pepatah Turki )
Tidak ada masalah yang tiak dapat kita pecahkan bersama,dan sedikit sekali masalah yang dapat kita pecahkan sendiri ( Lyndon Baines Johnson )
Kita tidak mungkin mencaoai tujuan yang besar dengan tetap kita menjadi apa adanya ( Jhon C.Maxwell )
Visi yang bermakna itu adalah gambarnya masa depan yang membangkitkan semangat orang ( Jhon C.Maxwell )
Selama anda percaya bahwa anda mengerjakan sesuatu yang bermakna,anda bias maju terus… 5 Pertanyaan untuk membangun yang bermakna..
1. Panggilan : apakah fokus kita ?
2. Kecocokan : Siapa sajakah orang yang tepat ?
3. Budaya : Bagaimana kita kembangkan ?
4. Tantangan : Kemanakah kita menuju ?
5. Jadwal : Kapankah kita mulai ?
Jumat, 27 April 2012
Makalah Studi Al-Quran Makiyyah dan Madaniyyah
|
ILMU AL-MAKKY DAN AL-MADANY
Oleh: Abdul Rahman Tha’at [1]
A. PENDAHULUAN
Sebelum memasuki pembahasan pokok, pemakalah ingin terlebih
dahulu ingin mengetahui dua hal berikut ini: Pertama, Al-Makkiyah dan, Kedua,
Madaniyah secara garis besarnya.
Dalam buku yang berjudul Apa Itu Al-Qur’an karangan Imam
As-Suyuthi tentang sejarah Al-Qur’an menyebutkan bahwa:
Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan
secara bertahap, ayat demi ayat demi ayat dan surat
demi surat
selama 23 tahun. Diantaranya ada yang sebelum hijrah di Makkah dan ada pula
yang turun sesudah di Madinah. Sebagian surat
atau beberapa ayat diturunkan di medan perang,
tidak di Mekkah juga tidak di Madinah, seperti surat Al-Fath diturunkan diantara Mekkah dan
Madinah menyangkut persoalan Hudaibiyah. Ada
yang diturunkan pada waktu malam dan ada pula pada waktu siang.
Perbedaan antar Al-Makiyah dan Al-Madaniyah mengikuti
perbedaan antara dua masa tersebut. Yang pertama merupakan fase da’wah yang
memerlukan pengukuhan aqidah dan penjelasan rukun-rukun iman. Sementara itu
yang kedua adalah merupakan fase pembinaan masyarakat dan Negara Islam, yaitu
fase yang memerlukan penetapan undang-undang dan pengorganisasian. Ayat-ayat
Makiyah bercirikhas pendek dan singkat guna memudahkan penghafalannya secara
sembunyi dalam keadaan serba lemah dan takut dari gangguan kaum Musyrikin.
Sementara itu ayat-ayat Madaniyah lebih panjang darinya mengingat di Madinah
kekuasaan berada ditangan kaum Muslimin sehingga mereka mendapatkan kebebasan
bergerak.[2]
Dari uraian diatas dapat kita angkat suatu permasalahn tentang
Ilmu Makky dan al- Madany yang meliputi antara lain : Pengertian masing-masing
al-Makky dan al-Madany, Urgensi Ilmu al-Makky dan al-Madany, karakteristik
al-Makky dan al-Madany, Surah-surah yang masuk dalam kategori al- Makky dan
yang masuk dalam kategori al-Madany.
|
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian al-Makky dan
al-Madany
Dalam membatasi arti makiyah dan
madaniyah, para ulama terbagi kepada tiga kelompok, yaitu:
a.
Pendapat yang kuat dan termasyhur,
yakni bahwa makiyah adalah surah yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad
SAW ke Madinah, baik itu diturunkan di Mekkah itu sendiri ataupun diturunkan di
daerah lain. Sedangkan Madaniyah adalah surah yang diturunkan setelah hijrah,
baik itu turun di Madinah atau daerah lainnya. Bila kita perhatikan, kelompok
ini menganggap pembagian tersebut dengan melihat masa turunnya.
b.
Pendapat yang menyatakan bahwa
makiyah adalah surat
yang diturunkan di Mekkah, baik itu turunnya sebelum hijrah atau setelahnya,
baik itu turun di Mekkah atau daerah sekitarnya, seperti: Mina, Arafah atau
Hudaibiyah, karena yang dekat dengannya adalah masuk kepadanya. Sedangkan
Madiniyah adalah surah yang diturunkan
di Madinah, baik itu turun di Madinah itu sendiri atau daerah sekitarnya, seperti:
Badar dan Uhud. Berdasarkan pendapat ini maka pembagian yang mereka kemukakan
adalah didasarkan kepada tempat turunnya. Dengan demikian, surat yang diturunkan selain di Mekkah atau
Madinah dan sekitarnya, merupakan bagian tersendiri (independen) yang tidak
disebut makiyah dan tidak pula madaniyah.
c.
Pendapat yang mengatakan bahwa
makiyah adalah surah yang diturunkan berkenaan dengan penduduk Mekkah, baik itu
sebelum hijrah atau setelahnya. Sedangkan madaniyah adalah surah yang diturnkan
bukan mengenai penduduk Mekkah dan semacamnya, dari penyembah berhala. Berdasarkan
pendapat ini, maka pembagian kepada makiyah dan madaniyah itu didasarkan atau
melihat kepada orang-orang yang diseru oleh surah tersebut.[3]
|
Dalam buku yang berjudul Pengantar Ulumul Qur’an karangan
Prof. Drs. H. masjfuk Zuhdi menyebutkan defenisi Ilmul Makky wal Madany adalah:[4]
Sebagian Ulama menetapkan lokasi turunnya ayat/surat sebagai
dasar penentuan Makiyah dan Madaniyahnya, sehingga mereka membuat defenisi
Makiyah dan Madamiyah sebagai berikut:
المَكِىُّ
مَا نُزِلَ بِمَكَّة وَلَوْ بَعْدَ الهِجْرَةِ ، وَالمَدَنِىُ مَا نُزِلَ
بِالمَدِيْنَةِ.
Artinya: Makiyah dan Madaniyah ialah yang
diturunkan di Mekkah, sekalipun turunnya sesudah hijrah; Madaniyah ialah yang
turunkan di Madinah.
Defenisi ini ada kelemahannya (tidak jami’ dan mani’), karena
hanya mencakup semua ayat dan surat yang turun
di daerah Mekkah termasuk Mina, Arafah dan sebagainya, dan juga mencakup semua
ayat dan surat
yang turun didaerah Madinah, termasuk pula Badar dan Uhud. Tetapi defenisi
tersebut tidak bisa mencakup ayat/surat yang turun diluar daerah Mekkah dan
Madinah. Misalnya surat at-Taubat ayat 43 yang
turun di Tabuk, dan surat
az-Zuhruf ayat 45 yang turun di Baitul Maqdis pada malam Nabi melakukan Isra’.
Ada
pula Ulama yang menyatakan orang/ golongan yang menjadi sasaran ayat/surat
sebagai criteria penentuan makiyah dan madaniyahnya, sehingga mereka merumuskan
defenisinya sebagai berikut:
المَكِىُّ
مَا وَقَعَ خِطَابًا لأَهْلِ مَكَّة ، وَالمَدَنِىُّ مَاوَقَعَ خِطَابًالأَهْلِ
المَدِينَةِ
|
Dengan
defenisi ini, dimaksudkan bahwa ayat/surat yang dimulai dengan ياايهاالناس
adalah Makiyah, karena
penduduk Mekkah pada masa itu pada umumnya masih kafir, sekalipun semua itu
ditujukan pula kepada selain penduduk Mekkah, sedangkan ayat/surat yang dimulai
denganالذين امنوا ياايها adalah
Madaniyah, karena penduduk Madinah pada masa itu pada umumnya sudah beriman,
meskipun seruan itu juga ditujukan kepada selain penduduk Madinah.
Dalam
buku berjudul Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir karya M. Hasbi
Ash-Shiddieqy menyebutkan :[5]
Tanda-tanda
(ciri-ciri) surat
yang turunnya di Makkah dan di Madinah.
Pertama,
Ayat-ayat
Makiyah itu pendek-pendek dan dinamai ayat-ayat Qishar; sedang ayat-ayat
Madaniyah panjang-panjang dan dinamai ayat-ayat Thiwal.
Buktinya,
surat-surat yang diturunkan di Madinah hanya 11/30 Al-Qur’an. Bilangan ayatnya
1456. Dapat kita lihat pada juz Qad Sami’a yang diturunkan di Madinah.
Ayatnya hanya 137. Dan jsz Tabaraka yang diturunkan di Makkah bilangan ayatnya
431. Ini menurut kebanyakan.
Kedua, kebanyakan firman Allah dalam
surat Madaniyah
dimulai dengan perkataan : يا يها الذين امنوا dan
cuma tujuh ayat saja dari Madaniyah yang dimulai denganيا يها الناس diantaranya sebagai berikut :
1. يا يها الناس اعبدوا ربكم ( البقرة : اية 21 )
يا يها الناس كلوا مما فى الارض ( البقرة : 167 )2
يا يها الناس كلوا مما فى الارض ( البقرة : 167 )2
|
3. يا يها الناس اتقوا ربكم ( النساء : 1 )
4. ان شاء يذهبكم ايهاالناس ( النساء : 132 )
5. يا يها الناس قد جاء كم رسول ( النساء : 169)
6. يا يها الناس قد جاءكم برهان ( النساء :
137
)
7. يا يها الناس ان خلقنكم من ذكرٍ (
الحجرات : 3
)
Ketiga,
ayat-ayat
Makiyah kebanyakannya mengandung soal tauhid, soal kepercayaan, adanya Allah,
hal ihwal “adzab dan nikmat dihari kemudian serta urusan-urusan kebaikan.
Ayat-ayat
hukum yang jelas dan tegas kandungannya, kebanyakannya turun di Madinah.
Pendapat
Ibrahim bin Umar al- Jabary dalam buku karangan Imam As-Suyuthi menyebutkan
tentang defenisi dari al-Makky dan al-Madany terdapat juga tiga pendapat ulama:[6]
Pertama dan paling benar: Al-Makky
ialah surat
yang turun sebelim hijrah. Al-Madany ayat atau surat yang sudah turun sesudah hijrah.
Dari
Ibnu Abbas ra, ia berkata: “ Apabila pembukaan surat di Makkah maka ditulis di Makkah,
kemudian Allah menambahkannya sesuai kehendak-Nya.[7]
Jika didalam sebagian surat
yang diturun di Makkah terdapat ayat-ayat tersebut diikutkan kepadanya (Makkiyah).[8]
Masing-masing dari al-Makky dan al-Madany, di dalamnya terdapat ayat-ayat yang
dikecualikan.[9]
|
Firman
Allah dalam al-Qur’an yang artinya: “Wahai manusia sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan…...”.[10]
Dan pada firman Allah swt juga yang artinya: “Pada hari ini Aku telah
sempurnakan bagi kamu agamamu…”.[11]
Ketiga.
Al-Makky
ialah ayat atau surat yang pembicaraannya
ditujukan kepada penduduk Mekkah, dan al-Madany ialah ayat atau surat yang pembicaraannya ditujukan kepada penduduk
Madinah, seperti surat
al-Muntahanah: ia diturunkan di Madinah tetapi Khithab(pembicaraan)-nya
ditujukn kepada penduduk Mekkah.
Firman
Allah swt dalam al- Qur’an yang artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah…”[12].
Ayat ini turun di Madinah tetapi Khitha-nya kepada penduduk Mekkah.
Awal surat
Bara’ah diturunkan di Madinah tetapi Khithab-nya kepada kaum Musyrikin
di Mekkah. Dan diantara yang turun di Makkah tetapi Khithab-nya
ditujukan kepada penduduk Madinah ialah firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya
Allah memerintahkan kamu agar menunaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya….”.[13]
2.
Urgensi ilmu al-makky dan
al-Madany
Al-Zarqoni di
dalam kitab Manahilul Irfan menerangkan sebagian daripada urgensinya ilmu ini,
ialah:[14]
a.
Dengan ilmu ini, kita dapat
membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh. Yakni apabila
terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedangkan hukum yang
terkandung didalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa
ayat yang satu Makiyah, sedang ayat yang lainnya Madaniyah; maka tentu ayat
yang Makiyah itulah yang nasakh oleh ayat Madaniyah, karena ayat yang Madaniyah
adalah yang terakhir turun.
b.
|
c.
Ilmu ini dapat meningkatkan
keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian dan keaslian al-Qur’an,karena
melihat besarnya perhatian umat Islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan al-Qur’an, sampai hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga
mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat
yang diturunkan pada waktu Nabi berada dikota tempat tinggalnya dan yang turun
pada waktu Nabi sedang dalam bepergian; ayat-ayat yang turun pada waktu malam
hari dan siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada waktu musim panas dan musim
dingin dan sebagainya.
Faedah Mengetahui Makkiyah dan
Madaniyah
Pengetahuan
tentang Makkiyah dan Madaniyah banyak faedahnya, diantaranya.
a.
Untuk dijadikan alat bantu
menafsirkan al-Qur’an , sebab pengetahuan mengenai tempat turun dapat memahami
ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar.
b. Meresapi gaya bahasa al-Qur’an dan memanfaatkannya
dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai
bahasa sendiri.
c. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat al-Qur’an,
sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan segala
peristiwa yang menyertainya, baik periode Makkah maupun Madina, sejak turunnya
Iqra’ hingga ayat terakhir diturunkan. Al-Qur’an adalah sumber pokok bagi hidup
Rasulullah. Pola hidup beliau harus sesuai harus sesuai dengan Al-Qur’an. [15]
3.
Karakteristik al-Makky dan
al-Madany
Para ulama
meneliti surah-surah Makiyah dan Madaniyah, mereka membuat kesimpulan analogis
bagi keduanya, yang dapat menjelaskan cirri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang
dibicarakan masing-masing ayat Makiyah dan Madaniya.[16]
a.
Karakteristik Makiyah
secara umum
1.
Setiap surah yang didalamnya
mengandung “ayat-ayat sajadah” adalah Makiyah
2.
Setiap surah yang mengandung lafazh
kalla, adalah Makiyyah. Lafazh ini hanyan terdapat dalam separo terakhir
dari al-Qur’an. Dan disebutkan sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima belas surat.
3.
Setiap surat
yang mengandung n”ya ayyuhan-nas “ tidak mengandung “ya
ayyuhal-ladzina amanu,” adalah Makiyah, kecuali surat Al-hajj yang pada akhir suratnya
(sebe;um ayatnya yang terakhir, ayat 77) terdapat ya ayyuhal-ladzina
amanurka’u wasjudu. Namun demikian, sebagian besar ulama berpendapat bahwa
ayat tersebut adalah Makiyah.
4.
Setiap surat
yang mengandung kisah para nabi dan ulat terdahulu adalah Makiyah, kecuali surat Al-Baqarah.
5.
|
6.
Setiap surat
yang dibuka dengan huruf-huruf muqatha’ah atau hija’I seperti: Alif
Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan lain-lainnya adalah Makiyah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali
Imran. Adapun Surat Ar-Ra’ad masih diperselisihkan.
Adapun dari segi
ciri tema dan gaya
bahasanya, adalah sebagai berikut :
1.
Dakwah kepada tauhid dan beribadah
hanya kepada Alah, pembuktian mengenai risalah,kebangkitan dan hari pembalasan,
Hari kiamat dan kedahsyatannya, neraka dan siksanya, surge dan nikmatnya,
argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan
ayat-ayat kauniyah.
2.
Peletakan dasar-dasar umum bagi
perundang-undangan dan akhlak yang mulia yang dijadikan dasar terbentuknya
suatu masyarakat; pengambilan sikap tegas terhadap kriminalitas orang-orang
musyrik yang telah banyak menumpahkan darah, memakan harta anak yatim secara
zholim, penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
3.
Menyebutkan kisah para nabi dan
umat-umat terdahulu sebagai pelajaran, sehingga mengetahui nasib orang sebelum
mereka yang mendustakan rasul, sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia
tabah dalam mengahadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
4.
Kalimatnya singkat padat disertai kata-kata yang m,engesankan sekali,
di telinga menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya
pun meyakinkan dengan didukung lafazh-lafazh sumpah, seperti surat-surat yang
pendek-pendek, kecuali sedikit yang tidak.
b.
Karakteristik Madaniyah secara umum
1.
Setiap surat yang berisi kewajiban atau sanksi
hukum.
2.
Setiap surat
yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik, kecuali surat Al-Ankabut. Ia Makiyah.
3.
Setiap surat yang didalamnya terdapat dialog dengan
ahli kitab.
Adapun dari segi
ciri tema dan gaya
bahasanya, adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan masalah ibadah,
muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan
internasional, baik diwaktu damai maupun diwaktu perang, kaidah hukum, dan
masalah perundang-undangan.
2.
Seruan terhadap Ahli Kitab dari
kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk Islam, penjelasan
mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka
terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah keterangan datang kepada
mereka karena rasa dengki diantara mereka.
3.
Menyingkap perilaku orang munafik,
menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya
bagi agama.
4.
Suku kata dan ayatnya
panjang-panjang dan dengan gaya
bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan syariatnya.
4.
Surat-surat yang masuk
dalam katagori al-Makky dan yang masuk dalam kategori al-Madany
a.
Surat yang termasuk dalam katagori al- Makky
Sesungguhnya surat yang diturunkan di
Mekah Al-Mukarromah sebagaimana yang diriwayatkn dari Abdullah bin Abbas RA
adalah sebagai berikut:[17]
No.
|
Nama Surat
|
No.
|
Nama Surat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
|
Al-
Alaq
Al-
Qalam
Ad-
Dhuha
Al-
Muzammil
Al-
Mudatsir
Al-
Lahab
At-
Takwir
Al-
A’la
Al-
Lail
Al-
Fajr
Alam Nasyrah(Al-Insyirah)
Al-
Ashr
Al-
Kautsar
Al-
Takatsur
Al-
Ma’un
Al-
Fil
Al-
Kafirun
Al-
Ikhlas
An-
Najm
Abasa
Al-
Qadar
Al-
Hajj
As-
Syam
Al-
Buruj
At-
Tin
Al-
Quraisy
Al-
Qari’ah
Al-
Qiyamah
Al-
Humazah
Al-
Mursalat
Qaf
Al-
Balad
At-
Thariq
Al-
Qamar
Shad
Al-
A’raf
Al-
Jin
Yasin
Al-
Furqon
Al-
Isra
Maryam
Thaha
|
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74
75
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
|
As-
Syu’ara
An-
Naml
Al-
Qashash
Fushilat
Yunus
Hud
Yusuf
Al-
Hijr
Al-
An’am
As-
Shaffat
Luqman
Saba
Az-
Zumar
Al-
Mukmin (Ghafir)
As-
Sajadah
As-
Syura
Az-
Zukhruf
Ad-
Dukhan
Al-
Jatsiyah
Al-
Ahqaf
Adz-
Dzariyat
Al-
Ghasyiyah
Al-
Kahfi
An-
Nahl
Nuh
Ibrahim
Fathir
Al-
Anbiya
Al-
Mukminun
Ar-
Rahman
Ar-
Ra’ad
At-
Thur
Al-
Mulk
Al-
Haqqah
Al-
Ma’arij
An-
Naba
An-
Nazi’at
Al-
Infithar
Al-
Insyiqaq
Ar-
Rum
Al-
Ankabut
|
dari uraian diatas
jelas bahwa jumlah surat Al-Qur’an yang
diturunkan di Mekkah sebanyak 83 buah surat.
b. Surat yang termasuk dalam katagori al- Madany adalah sebagai berikut :
|
Sesungguhnya surat yang diturunkan di
Madinah Al-Madaniyah sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA
adalah sebagai berikut:[18]
No.
|
Nama Surat
|
No.
|
Nama Surat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Al-
Muthafifin
Al-
Baqarah
Al-
Anfal
Ali
Imran
Al-
Ahzab
Al-
Mumtahanah
An-
Nisa
Az-
Zalzalah
Al-
Hadid
Muhammad
(Al- Qital)
Al-
Insan (Ad- Dahr)
At-
Thalaq
Al-
Bayinah
Al-
Hasyr
An-
Nashr
|
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
|
Al-
Munafiqun
An-
Nur
Al-
Mujadalah
Al-
Hujurat
At-
Tahrim
Al-
Jumu’ah
At-
Taghabun
As-
Shaf
Al-
Fath
Al-
Maidah
At-
Taubah
Al-
Waqi’ah
Al-
Adiyat
Al-
Falaq
An-
Nas
|
Dari uraian ini
jelas bahwa jumlah surat Al-Qur’an yang
diturunkan di Madinah itu sebanyak 30 buah surat.
Dalam buku
karangan Manna Al-Qhatthan menyebutkan tentang pembagian surat/ayat yang
Makiyah atau Madaniyah sebagai berikut:
Adapun Madaniyah ada dua puluh (20) surat, yaitu:[19]
No.
|
Nama Surat
|
No.
|
Nama Surat
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Al- Baqarah
Ali Imran
An-Nisa’
Al- Maidah
Al- Anfal
At- Taubah
An- Nur
Al- Ahzab
Muhammad
Al- Fath
|
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
|
Al- Hujurat
Al- Hadid
Al- Mujadalah
Al- Hasyr
Al- Mumtahanah
Al- Jumuah Al- Munafiqun Ath-Thalaq At- Tahrim An- Nashr
|
Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas (12) surat, yaitu:
No.
|
Nama Surat
|
No.
|
Nama Surat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Al- Fatihah
Ar- Ra’ad
Ar- Rahman
Ash- Shaff
At- Taghabun
At- Tahfif
|
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Al- Qadr
Al- Bayyinah
Az- Zalzalah
Al- Ikhlas
Al- Falaq
An-
Nas
|
Kemudian, sisanya
(selain yang disebutkan surat Madaniyah dan yang
menjadi perselisihan) adalah surat-surat Makkiyah, yaitu delapan dua (82) surat. Maka jumlah
surat-surat Al-Qur’an semuanya ada seratus empat belas (114) surat.
Apabila kita lihat
dari jumlah yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas RA yaitu, surat
Makiyah yang berjumlah 83 buah dengan surat
Madaniyah yang berjumlah 30 buah, maka jumlahnya sebanyak 113 surat. Padahal yang umumnya menurut Ahli ilmu
adalah ada 114 surat.
Begitupun yang dikutip dari karangan Manna Al-Qathttan yang menyebutkan jumlah surat itu ada 114 surat.
Kemanakah surat
yang satunya lagi? Surat
tersebut Al-Fatihah. Mengapa tidak disebutkan, baik kategori Makiyah atau
Madaniyah ? bahwa dikatakan bahwa surat
tersebut dua kali turun. Pertama di Mekkah dan kedua di Madinah. Sedangkan
pendapat yang lebih kuat adalah bahwa surat
tersebut diturunkan di Mekkah(bila demikian maka ia termasuk kategori
Makkiyah). Dengan ini maka jumlah keseluruhan surat
Al-Qur’an lengkap, yaitu sebanyak 114 surat
sesuai dengan pendapat yang jumhur.[20]
|
|
alam kitab Karangan Manna’ Al-Qaththan yang berjudul
Pengantar Studi Ilmu al- Qur’an menyebutkan bahwa yang terpenting dalam objek
kajian para ulama dalam lain dari yang diturunkan di Mekkah atau Madinah serta
yang menjadi perselisihan yaitu: [21]
1.
Ayat-ayat Makkiyah dalam
surat-surat Madaniyah
Mereka memberi
contoh dengan firman dalam surat
Al-Hujurat ayat 13 . ayat tersebut diturunkan di Makkah pada hari penaklukan kota Makkah, tetapi
sebenarnya Madaniyah karena diturunkan selepas hijrah. Disamping itu, seruannya
pun bersifat umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan Makkiyah
dan tidak juga Madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan; ayat yang
diturunkan di Makkah namun hukmya Madaniyah.
2.
Ayat-ayat Madaniyah dalam surat Makkiyah
Misalnya surat Al-An’am.
Ibnu Abbas berkata surat
ini diturun di sekaligus di Makkah, maka ia adalah Makkiyah, kecuali tiga ayat
yang diturunkan di Madinah, yaitu ayat 151 – 153.
Dan, surat Al-Hajj
adalah Makkiyah. Tetapi, ada tiga ayat yang Madaniyha, yaitu ayat 19-21.
3.
Yang diturun di Makkah namun
hukumnya Madaniyah
Misalnya surat Al-Hujurat; Ayat 13, ayat ini diturunkan di
Makkah pada hari penaklukan kota
Makkah,tetapi sebenarnya Madaniyah karena diturunkan setelah hijrah. Disamping
itu, seruannnya pun bersifat umum. Ayat ini oleh para ulama dinamakan Makkiyah
dan juga dinamakan Madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan; ayat yang
diturunkan di Makkah namunnya Madaniyah.
4.
Ayat yang diturunkan di Madinah
tetapi hukumnya Makkiyah
Mereka memberi
contoh degan surat
Al-Mumtahanah. Surat
ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat turunnya, tetapi seruannya
ditujukan kepada orang musyrik penduduk Makkah. Juga seperti permulaan surat Bara’ah (At-Taubah)
yang diturunkan di Madinah, tetapi seruannya ditujukan kepada orang-orang
musyrik penduduk Makkah.
5. yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam
kelompok Madaniyah
|
Yang dimaksud para
ulama disini adalah ayat-ayat yang terdapat pada madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan cirri
seperti Makkiyah. Contohnya Firman Allah dalam surat Al-Anfal: ayat 32 yang Madaniyah.
Hal ini
dij\karenakan permintaan kaum musyrikin untuk disegerakan azab adalah di
Makkah.
6.
Yang serupa dengan yang diturunkan
di Madinah dalam kelompok Makkiyah
Yang dimaksud
ulama disini kebalikan dari sebelumnya. Mereka mencontohkan dalam surat An-Najm. Ayat 32. yang
artinya sebagai berikut:
7.
Ayat yang dibawa dari Makkah ke
Madinah
Contohnya ialah
dalam surat
Al-A’la. HR. al-bukhari dari Bara’ah bin Azib yang mengatakan, “Bahwa yang
pertama kali dating kepada kami dikalangan sahabat Nabi adalah Mush’ab bin Umair
dan Ibnu Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al-Qur’an kepada kami, setelah itu
datanglah Ammar, Bill, dan Sa’ad. Kemudian datang pula Umar bin Khattab sebagai
orang nomor yang kerua puluh. Baru setelah itu dating nabi. Aku melihat
penduduk Madinah bergembira setelah aku membaca’sabbihisma rbbikal a’la’.
8.
Ayat yang dibawa dari Madinah ke
Makkah
Contohnya dari
awal surat
Bara’ah, yaitu ketika Rasulullah memerintahkan kepada Abu Bakar untuk pergi
haji pada tahun kesembilan dan hal inipun disampaikan kepada kaum Musyrikin
bahwa tahuntidak seorangpun orang musyrik boleh berhaji.
9.
Ayat yang turun diwaktu malam dan
waktu siang
Kebanyakan ayat
turun pada siang hari dan yang diturunkan pada malam hari, Abu Qosim Al-Hasan
bin Muhammad bin Habib An-Naisaburi telah menelitinya. Contoh diantaranya
adalah bagian-bagian akhir surat
ali Imron dan yang lainnya.
10. Ayat yang turun di musim panas dan musim dingin
Para ulama member contoh ayat yang turun dimusim panas tentang ayat tentang kalalah yang terdapat di akhir surat An-Nisa’.
Contoh lain ialah
ayat-ayat yang turun dalam perang Tabuk, yang terjadi pada musim panas yang
berat sekali seperti yang dinyatakan dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 81.
Sedangkan musim dingin
mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mengenai “tuduhan bohong” yang terdapat
dalam surat
An-Nur. “ Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah
dari golongan kamu….” Sampai dengan bagi mereka ampunkan dan rezeki yang
mulia. (An-Nur: 11-26)
11. Yang turun di waktu menetap dan perjalanan
Mayoritas ayat-ayat dan
surat-surat al-Qur’an turun pada saat Nabi dlam keadaan menetap. Akan tetapi,
karena kehidupan Rasulullah tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan
dijalan Allah, maka wahyu pun pernah turun dalam peperagan tersebut. Contohnya
awal surat Al-Anfal
yang turun pada waktu perang Badar.
C. PENUTUP
a. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasam diatas adalah sebagai berikut:
1. Pengertia dari Makkiyah dan Madaniyah yang telah disebutkan para ulama yaitu setidaknya ada tiga bagian, tapi dari semua itu dapat disimpulkan bahwa Makkiyah itu ayat yang diturunkan di Makkah dan Madaniyah ayat diturunkan di Madinah. 2. Ciri-ciri dari Makkiyah dan Madaniyah yaitu:
a. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasam diatas adalah sebagai berikut:
1. Pengertia dari Makkiyah dan Madaniyah yang telah disebutkan para ulama yaitu setidaknya ada tiga bagian, tapi dari semua itu dapat disimpulkan bahwa Makkiyah itu ayat yang diturunkan di Makkah dan Madaniyah ayat diturunkan di Madinah. 2. Ciri-ciri dari Makkiyah dan Madaniyah yaitu:
|
3.
Urgensinya ilmu Makky dan Madany karena ilmu
suatu cara dan upaya agar kita dapat membedakan dan mengetahui ayat nasikh dna
mansukh, sejarah hokum islam, dan dapat meningkatkan keimanan dan keyakinan
terhadap kebesaran dan kesucian serta keaslian al-Qur’an.
4.
Surat yang termasuk kedalam
Makiyah dan Madaniyah itu terdapat beberapa pendapat diantara pendapatnya,
yaitu menyebutkan bahwa ayat yang termasuk ke Makkiyaha 83 surat dan Madaniyah
30 surat berarti jumlah surat dalam Al-Qur’an itu ada 114 surat, sedangkan
pendapat selanjutnya menyebutkan jumlah Makkiyah itu 82 surat dan 20 surat
Madaniyah dan 11 surat nya yang menjadi perselisihan, kemudian kalau kita
jumlahkan maka jumlah suratnya 113 surat, jadi, kemana surat satunya. Yaitu surat al-Fatihah. Ada pendapat menyebutkan bahwa suratal-fatihah itu dua
kali turun masing-masing sekali di Mekkah dan sekali di Madinah, dan ada
pendapat lain yang lebih bahwa surat
tersebut diturunkan di Mekkah bila demikian maka ia termasuk kategori Makkiyah.
Dengan ini maka jumlah keseluruhan Al-Quran lengkap yaitu 114 surat.sesuai
pendapat yang jumhur.
b. Penutup
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan ulumul Qur’an terutama tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, dan juga dapat membedakan dan mengetahui jumlah surat yang masuk kategori Makkiyah dan madaniyah.
Bagi pemakalah menjadi suatu pengetahuan yang penting karena pengetahuan tentang isi makalah ini dapat diketahui walau hanya sebatas membaca dan menulis, dan sekaligus menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca serta harapan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan ataupun masukan terhadap makalah karena tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Ucapan terimaksih atas kerjasama dan keterlibatan semuanya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Wassalam..
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan ulumul Qur’an terutama tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, dan juga dapat membedakan dan mengetahui jumlah surat yang masuk kategori Makkiyah dan madaniyah.
Bagi pemakalah menjadi suatu pengetahuan yang penting karena pengetahuan tentang isi makalah ini dapat diketahui walau hanya sebatas membaca dan menulis, dan sekaligus menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca serta harapan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan ataupun masukan terhadap makalah karena tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Ucapan terimaksih atas kerjasama dan keterlibatan semuanya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Wassalam..
Jambi, Pebruari 2011
Penyusun
Abdul Rahman Tha’at
NIM. P.p. 210. 1. 1268
DAFTAR PUSTAKA
|
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag
RI
Imam As-Suyuthi, (1995), Apa Itu Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press.
Imam As-Suyuthi, (1995), Apa Itu Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press.
Manna
Al-Qaththan, (2009), Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,Cet.IV, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Mas jfuk
Zuhdi, (1993), Pengantar Ulumul Al-Qur’an, Cet. IV, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset
Muhammad Salim Mahyasin, (2005), Sejarah
Al-Qur’an, Studi Awal Memahami Kitabullah, Jakarta: Akademi Pressindo
M.
Hasbi Ash Shiddieqi, (1990), Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang
Sirajuddin
Abbas, (1996), I’itiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah, Jakarta:
Pustaka Tarbiyah
ILMU AL-MAKKY DAN AL-MADANY
Dipersentasekan
Pada Mata Kuliah
Studi
Al- Qur’an
Dosen
Pengampu
Dr. H. Muhammad
Nurung, Lc. MA
O l
e h :
ABDUL
RAHMAN THA’AT
NIM. P.p. 210. 1. 1268
KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM
PASCA SARJANA
IAIN
STS JAMBI

[1]
Mahasiswa Prodi Kurikulu Pendidikan Islam Pasca Sarjana IAIN STS Jambi 2011
[2] Imam
As-Suyuthi, Apa Itu Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995). hal:
49
[3]
Muhammad Salim Mahyasin, Sejarah Al-Qur’an, Studi Awal Memahami Kitabullah, (Jakarta: Akademika
Pressindo, 2005). hal: 47-48
[4]
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: PT.Bin a Ilmu Offset,
1993). hal: 67 - 68
[5] M.
Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmt Al-Qur’an/Tafsir (Jakarta:
PT. Midas Surya Grafindo, 1990). hal: 56-57
[6] Ibid.
Imam As- Suyuthi, hal: 50-51
[7]
Dikeluarkan oleh Ibnu Dhurais (Ali bin Muhammad, meninggal tahun tahun 294 H)
di dalam fadha’il al-Qur’an
[8]
Baihaqy dalam ad-Dala’il
[9]
Ibnul Hashshar (Ali bin Muhammad, meniggal tahun 611 H.)
[10]
Anonim. Al-Qur’an. dan Terjemahnya, Jakarta:Depag RI,
160). ayat : 13
[11] Al-
Qur’an surat Al-Maidah: ayat 3; diturunkan pada haji wada’
dihari Arafah tahun ke-10 H.
[12] Anonim..
An-Nahl : ayat 41
[13]
Anonim.. An-Nisaa’: ayat 58
[14] Masfjfuk , Pengantar Ulumul Qur’an…....
hal: 70-72
[15]
Manna Al-Qaththan. Pengantar Ilmu al-Qur’an. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009). hal
:71-72
[16] Pengantar
Ilmu al-Qur’an……… hal : 75-77
[17] Op
cit, Muhammad Salim Mahyasin. hal: 44-45
[18]
Muhammad Salim Mahyasin……….., hal: 46
[19] Pengantar
Ilmu al-Qur’an,….,.. hal. 64
[20] Muhammad Salim Mahyasin,……. hal. 47.
[21] Pengantar Ilmu al-Qur’an……….h. 64.
Langganan:
Komentar (Atom)